Minggu, 18 Januari 2015. Parkir Timur Senayan, Jakarta.
Mengalami perubahan arah musik dan juga kehilangan besar setelah drummer yang juga penulis lagu, James “The Rev” Sullivan wafat, ternyata tak mampu mengurangi kesetiaan penggemar Avenged Sevenfold di Indonesia. Area Parkir Timur Senayan menjadi saksi bagaimana antusiasme para penggemar Avenged Sevenfold yang rela mengantri di pintu masuk venue sejak sore.
Di luar dugaan, ternyata tidak hanya anak-anak muda yang datang untuk melihat langsung aksi kuintet metal asal AS tersebut, tampak orang-orang dewasa pun tak mau kalah. Bahkan musisi senior, Ikang Fawzi terlihat di antara kerumunan para penonton.
Pukul 20.00 WIB, massa hitam-hitam di depan panggung yang telah menanti penampilan M. Shadows (vokal), Synyster Gates (gitar), Zacky Vengeance (gitar), Johnny Christ (bass), dan Arin Ilejay (drum) ini dikejutkan dengan lagu “Indonesia Raya” yang tiba-tiba berkumandang. Kemudian Avenged Sevenfold seperti ingin memperjelas musisi yang mempengaruhi mereka kepada penonton, dengan menyalakan musik Metallica “Ride The Lightning”, Pantera “Walk”, dan AC/DC “Back In Black” secara berturut-turut sebagai bagian pembuka konser.
Urutan dan jumlah lagu yang dimainkan Avenged Sevenfold malam itu bukanlah sebuah kejutan, karena sama persis dengan apa yang mereka mainkan di Seoul, Hong Kong, dan Taipei. “Shepherd of Fire” yang diambil dari album Hail To The King mengawali penampilan penuh energi dari band sepanjang konser. Para personil tampak tak lelah menjelajah setiap sudut panggung, kecuali drummer Arin Ilejay tentunya.
Konser pertama bagi Arin di Indonesia ternyata tak cukup mulus, tampak seorang penonton di bagian depan membawa poster yang mengejek Arin bertuliskan, “Saya dapat bermain drum lebih baik dari Arin.” Namun hal itu tak mengganggu permainannya, Arin mampu mengisi posisi The Rev dengan baik dan juga menunjukkan antusiasme dalam memainkan drum yang ekspresif, sayangnya pukulan drum yang ia isi untuk album Hail To The King kurang variatif.
Beralih ke lagu “Critical Acclaim”, duo gitaris Synyster Gates dan Zacky Vengeance menyuguhkan permainan harmoni ditemani double pedal yang konstan dari Arin. Duet Synyster dan Zacky dalam memainkan teknik dual gitar memang sudah menjadi ciri khas band selama ini. Penonton tak bisa diam saja melihat penampilan seperti itu, tampak semuanya berjingkrak dan memberikan kepalan tangan ke udara.
“Kami mendapatkan insiden ketika terakhir kali ke sini (konser mereka di Jakarta pada 2012 lalu harus dibatalkan), kini kami akan memberikan semuanya! Lagu ini untuk seluruh keluarga Avenged Sevenfold di dunia,” ujar Shadows yang diikuti pukulan drum Arin mengawali lagu “Welcome To The Family”. Tampak visual logo tengkorak dengan sayap kelelawar raksasa (biasa disebut deathbat) di layar dengan latar bendera Indonesia menghiasi lagu ini.
Promotor Dyandra Entertainment patut diacungi jempol dengan produksi panggung yang megah dan mewah, layar LED raksasa di belakang panggung dan di samping kiri serta kanan, tata cahaya yang menawan, dan produksi suara yang menggelegar. Sebuah mobil pemadam kebakaran rajin menembakkan air ke ribuan penonton yang merasa gerah dan panitia pun rajin melempar air mineral kepada penonton.
“Pertama kalinya kami ke wilayah Asia Tenggara adalah ke Jakarta, dan tempat ini selalu menjadi favorit kami,” ujar M. Shadows. Berturut-turut lagu “Hail To The King” dan “Beast & The Harlots” dimainkan, lalu dilanjutkan sebuah lagu balada “Buried Alive” yang Metallica-esque. Riff di bagian akhir lagu ini mengingkatkan ke lagu instrumental Metallica, “Orion”. Masih dalam suasana yang tenang, lagu terkenal “Seize The Day” dimainkan, sontak para penonton ikut bernyanyi dan menggerakkan tangan di udara.
Daftar lagu yang dimainkan Avenged Sevenfold malam itu dapat dibilang ‘aman’ bagi para penggemar, karena berbagai hits turut dimainkan seperti “Nightmare” yang dengan galak menghujam penonton dengan riff-riff yang agresif dan berat, lalu “Chapter Four”, “Almost Easy”, dan “Afterlife”. Sang gitaris Synyster Gates sempat memainkan solo gitar di tengah konser, menunjukkan gerakan jari jemarinya yang sangat cepat berpindah fret, ia memainkan teknik-teknik gitar seperti sweeping, lick, tapping, dan petikan gitar yang cepat.
Salah satu bagian menarik dalam konser ini adalah ketika lagu “This Means War” dimainkan, lagu yang terdengar mirip dengan “Sad But True” milik Metallica. Bahkan M. Shadows turut menggunakan kata, “Do you want something heavy?” ketika akan memainkan lagu ini mirip dengan apa yang biasa dikatakan pentolan Metallica, James Hetfield. M. Shadows sendiri mengakui jika “This Means War” memang sangat terinspirasi oleh “Sad But True”.
Sebuah melankolia, “Acid Rain” yang berasal dari album Hail To The King kemudian dimainkan dan seperti menjadi momen untuk beristirahat sebelum encore. Benar saja, encore malam itu diawali lagu yang melambungkan nama band di awal karirnya, “Unholy Confessions”. Lagu yang diambil dari album Waking The Fallen ini mampu memecah moshpit di beberapa bagian penonton dilanjutkan “Bat Country” yang masih bertempo cepat.
Encore kedua sekaligus penutup konser, Avenged Sevenfold membawakan sebuah lagu unik yang terdengar seperti lagu karnaval bernuansa gothic, “A Little Piece of Heaven”. Tiga lagu yang tepat untuk sebuah encore, dimana seluruh energi penonton benar-benar dimaksimalkan di bagian akhir. Secara keseluruhan penonton takkan merasa merugi telah membeli tiket. Akhir menyenangkan untuk sebuah konser yang megah.
Wednesday, 18 February 2015
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment