Thursday, 19 February 2015

The Impossible Dream. Sir Alex, 26 Years Made Possible


“The Impossible Dream. Sir Alex, 26 Years Made Possible,” kalimat ini terbentang di spanduk yang menghiasi Stretford End, stadion Old Trafford milik Manchester United. Sebuah spanduk penghormatan dan ucapan terima kasih atas jasa besar Sir Alex Ferguson dalam memberikan kejayaan untuk Man United selama 26 tahun melatih. 

Sir Alex Ferguson, melatih MU pertama kali pada 1986, saat itu ia mengalami kesulitan, dan beberapa musim tanpa piala hingga akhirnya mampu menjuarai piala FA pada 1990. Kisah indahnya dimulai dari sini, piala Liga menjadi rengkuhan selanjutnya pada 1992, kemudian mampu meraih titel juara liga pada musim 1992/93. Setelah itu pasukan Setan Merah di bawah asuhan Sir Alex Ferguson tidak terhentikan dan bangkit menjadi salah satu tim terbesar di dunia. Hingga musim terakhirnya di MU pada 2012/13, Sir Alex telah mempersembahkan 18 gelar juara Liga Inggris, 2 gelar Liga Champions, dan 5 piala FA. 

Mungkin berat bagi para penggemar United melihat kursi pelatih tidak lagi diisi oleh Sir Alex, apalagi bagi saya yang sejak awal menyukai United di bawah kendali Sir Alex. Sejak kecil saya mengidolakan United. Saya ingat, hal yang pertama kali membuat saya menyukai United adalah David Beckham, ketika itu jika ada tendangan bebas yang akan dieksekusi oleh Beckham, saya selalu percaya akan gol. Dan seringnya memang benar, kaki Beckham memang ajaib. 

Selain Beckham, faktor Sir Alex dan angkatan 1992-nya juga menjadi magnet kenapa saya menyukai United. Posisi Sir Alex tidak pernah goyah, ia adalah pelatih yang tegas dan keras, tetapi efektif dalam membangun klub. Kejadian ‘sepatu terbang’ pada 2003 benar-benar membuat saya terpukul, karena mungkin hal ini yang menjadi penyebab Beckham pindah ke Real Madrid di musim selanjutnya. Setelah kalah 0-2 dari Arsenal, Fergie geram dan menendang sepatu di ruang ganti, tanpa disengaja ternyata sepatu itu mengenai pelipis Beckham. 

Media pun langsung heboh dan kisah ‘sepatu terbang’ naik ke permukaan, desas desus Beckham pergi akhirnya benar, sang idola pun tak lagi di klub kesayangan. Sir Alex kemudian mendapatkan suntikan baru dalam tim, menghadirkan Wayne Rooney dan Cristiano Ronaldo, yang mampu mengembalikan kejayaan United setelah beberapa musim direbut Arsenal. 

Insting Fergie dalam membeli pemain memang hebat, walau beberapa di antaranya ada yang tidak berguna, contohnya Bebe. Tapi, ia mampu menghadirkan pemain-pemain seperti Edwin Van Der Sar, Nemanja Vidic, Rio Ferdinand, Patrice Evra, Michael Carrick, dan Carlos Tevez yang menjadi pilar penting dalam menjaga konsistensi United. Patut disayangkan United harus kalah dua kali di Final Liga Champions melawan Barcelona, benar-benar lawan yang tangguh dan harus dibalas di kemudian hari nanti. 

Gelar demi gelar yang diraih Fergie seperti memberikan rasa tenang bagi para penggemar United, lama kelamaan meraih juara itu terasa biasa. Mungkin seperti Michael Schumacher ketika masa jayanya di Ferrari. Apalagi ketika gelar ke-19 resmi direngkuh dan mengukuhkan United sebagai raja baru di Inggris, menggeser Liverpool dengan 18 gelarnya. Padahal pada awal ia melatih United, perbandingan gelar juara Liga Inggris antara United dan Liverpool adalah 7-16. Luar biasa! 

Kini, sang pelatih tak lagi menukangi United, keputusan telah ia buat untuk pensiun pada 2013 lalu. Tak hanya penggemar yang kecewa, bahkan Robin Van Persie pun mengungkapkan kekecewaannya. Penggantinya, David Moyes gagal total, dan saat ini Louis Van Gaal belum memberikan jaminan yang pasti untuk mengembalikan United ke dalam kejayaan. Mungkin keinginan Wayne Rooney beberapa musim sebelum ini untuk pindah akan terlaksana, mungkin United benar-benar butuh ketajaman seperti yang dimiliki Eric Cantona, Ruud Van Nistelrooy, Andy Cole, Dimitar Berbatov, atau Robin Van Persie di musim ketika Sir Alex masih melatih. Sulit mengharapkan Wayne Rooney bisa kembali ke masa dimana ia masih dijuluki wonderkid dan selalu bisa diandalkan di depan gawang.

Memang terkadang gaya bermain yang disajikan United era Fergie bukanlah permainan sepak bola menawan seperti kebanyakan tim sepak bola modern saat ini. Namun, efektifitas adalah kunci kejayaan United bersama Fergie. Beberapa ciri khas dari gaya melatih Fergie yang takkan terlupakan adalah hairdryer treatment, sebuah istilah bagaimana Fergie 'menangani' ruang ganti United ketika keadaan di lapangan sedang buruk. Lalu, Fergie's Time yang selalu mengingatkan United untuk tidak menyerah hingga peluit tanda permainan berakhir berbunyi. Dan tentunya julukan The Comeback Kings, menunjukkan mental United yang sudah sangat terasah dan sering mengembalikan keadaan.

Bagaimanapun, Sir Alex telah meninggalkan warisan yang sangat berharga untuk United, kegigihan dan kepiawannya dalam melatih United selalu menjadi inspirasi bagi saya dan semua penggemar United. Be well and thanks a lot, Boss!

0 comments:

Post a Comment