Friday, 20 March 2015

As I Lay Dying, Pusaka Metalcore Jagat Raya



Sekitar tujuh tahun lalu, musik metalcore yang sedang naik ke permukaan menjadi sebuah candu bagi para penggemar musik metal remaja, terutama anak-anak sekolah. Tentu saja selain pengaruh kuat dari lagu-lagu Burgerkill di album Beyond Coma and Despair, Beside dengan Against Ourselves, dan Down For Life dengan Simponi Kebisingan Babi Neraka, beberapa band di luar Indonesia pun memiliki pengaruh sangat kuat terhadap perkembangan musik metalcore di Tanah Air.

Salah satunya adalah band metalcore asal San Diego, California, Amerika Serikat, As I Lay Dying. Saya sendiri jatuh hati pada AILD (As I Lay Dying) sejak mendengar lagu "94 Hours" yang dikirimkan oleh teman melalui perangkat bluetooth ketika SMA. Setelah itu, muncul rasa penasaran tentang band ini. Kemudian saya menjelajah diskografi mereka mulai dari album Beneath The Encasing of Ashes yang dirilis pada 2001, Frail Words Collapse (2003), Shadows Are Security (2005), dan An Ocean Between Us (2007).

Penggemar musik metalcore pasti tidak bisa melewatkan lagu-lagu dari album ini, dimana intensitas yang diberikan As I Lay Dying terus meningkat. Simak lagu-lagu seperti "Through Struggle", "Confined", "Forever", "An Ocean Between Us", "Forsaken", dan "The Sound of Truth" yang memorable, membalut riff agresif dengan vokal clean yang tidak menye-menye, dan melodi yang memanjakan telinga. 


Musik melodic metalcore yang diusung As I Lay Dying merupakan gabungan dari musik melodic death metal Gothenburg dan hardcore punk. Permainan sarat tenaga dari drummer Jordan Mancino dan otak brilian dari vokalis Tim Lambesis dalam menciptakan lagu menjadi kunci As I Lay Dying untuk terus berkembang dari album satu ke album lainnya. Perkembangan ini juga dipengaruhi oleh kehadiran Phil Sgrosso (gitar), Nick Hipa (gitar), dan Josh Gilbert (bass) yang memperkuat fondasi band, karena mereka turut membantu Tim dalam menciptakan lagu baru.


Album dan DVD As I Lay Dying laku keras, bahkan An Ocean Between Us mampu memuncaki tangga lagu Rock di Billboard 200. Pada 2008, mereka juga masuk dalam nominasi Grammy Awards untuk nominasi "Best Metal Performance" dengan lagu "Nothing Left".

Setelah itu, lahir album-album baru, yaitu The Powerless Rise (2010) dan Awakened (2012), yang masih menjaga dengan baik intensitas melodic metalcore ala As I Lay Dying. Berbeda dengan band-band lainnya yang semakin melemah dan kehilangan akarnya, seperti Bring Me The Horizon, All That Remains, dan Caliban, kuintet ini mampu terus dicintai para penggemarnya dengan musik yang selalu memuaskan. Lagu-lagu yang tidak terlupakan dari album ini adalah "A Greater Foundation", "No Lungs to Breathe", "Parallels", "Anodyne Sea", dan "Tear Out My Eyes". 

AILD mendapat penghargaan sebagai Metal Band of The Year oleh Loudwire setelah merilis Awakened. Namun, album Awakened yang memberikan sebuah suasana baru dalam musik band, justru menjadi album terakhir As I Lay Dying sebelum mereka harus tidur panjang.

Ya, kasus rencana pembunuhan yang menjerat Tim Lambesis untuk sementara mengakhiri kisah As I Lay Dying dalam berkarya. Ia mendapat hukuman penjara selama enam tahun dan yang mencengangkan adalah pengakuannya jika band Christian metalcore yang dianut As I Lay Dying hanyalah strategi pasar. As I Lay Dying sebelumnya terkenal dengan penggunaan lirik yang berdasar kitab injil atau tentang agama Kristen. Gitaris Nick Hipa lalu menyangkal dan mengecam komentar Lambesis tersebut.

Empat personel As I Lay Dying yang tersisa kemudian membentuk sebuah band baru bernama Wovenwar bersama Shane Blay sebagai vokalis. Sayang, musik yang diberikan tidak sesuai harapan dan terdengar seperti band post hardcore kebanyakan.

Perpecahan pun mengawali tidur panjang As I Lay Dying, situs resmi band hanya mencantumkan nama Tim Lambesis dan Jordan Mancino sebagai anggota band. Memang masih ada band-band metalcore bagus lainnya, seperti Killswitch Engage, Unearth, dan Heaven Shall Burn, tetapi kerinduan terhadap As I Lay Dying akan terus dirasakan.

As I Lay Dying merupakan inspirasi saya dalam membentuk band pada tahun 2010 dan hingga kini, lagu-lagu mereka takkan pernah berhenti menemani.

"Sometimes we have to watch our whole lives fall apart, 
before we can rebuild them again - a greater foundation."

As I Lay Dying is sleeping rather than dead...



0 comments:

Post a Comment