Saturday, 8 October 2016

Memorabilia dari Eloknya Jawa Tengah


Tak pernah menduga sebelumnya, merantau akan menjadi sebuah bagian dari hidup saya. Sebuah kehidupan yang tak lagi sama dengan sebelumnya, ketika keluarga berada di sekitar kita, dan lingkungan yang tak asing karena kita jumpai sehari-harinya. Selepas dinyatakan lulus dari Diploma 3 IPB, sebenarnya ada niat untuk segera mencari pekerjaan. Namun, desakan keluarga untuk mengejar jenjang pendidikan yang lebih tinggi pada akhirnya meluluhkan hati saya. Universitas Sebelas Maret (biasa disebut UNS) menjadi pilihan dan saya resmi merantau ke kota Solo untuk dua tahun lamanya, mulai dari tahun 2014.

Jawa Tengah merupakan wilayah yang sangat kental dengan budaya, terutama kota Surakarta alias Solo. Setiap bulan selalu ada acara kebudayaan dan kesenian yang digelar di kota ini, membuat Solo tidak menjadi kota yang membosankan. Meski terkendala perbedaan bahasa di awal, tapi saya perlahan mulai beradaptasi dan mulai terbiasa dengan kehidupan kota Solo.

Saya tak sendiri dalam perantauan ini, beberapa teman yang juga berasal dari Bogor turut melanjutkan studi di UNS bersama saya. Oleh karena itu, banyak hal yang akan saya ceritakan selanjutnya bersama teman-teman saya ini, bagaimana kami mengeksplorasi beberapa lokasi yang menjadi pesona keindahan kota Solo dan sekitarnya, yang merupakan kebanggaan dari provinsi Jawa Tengah. Perantauan ini menjadi sebuah pengalaman baru bagi saya, yang sebelumnya sangat jarang melakukan traveling. Bersama teman-teman, banyak waktu luang yang saya manfaatkan untuk jalan-jalan dan mencicipi kuliner kota Solo.

Tahun pertama sebagai wong Solo, saya masih cukup jarang melakukan perjalanan jauh karena kesibukan di kampus. Wisata kuliner menjadi pilihan pada tahun pertama ini, beberapa tempat yang menjadi daya tarik kuliner di kota Solo berhasil saya kunjungi. Sate Kambing Mbok Galak adalah tempat makan yang paling awal saya kunjungi. Tempat ini menawarkan sate buntel, karena baru pertama kali memakan sate buntel, saya terkejut ternyata ada sate sebesar itu. Dan rasanya yang nikmat membuat saya tak bisa menolak jika kembali diajak ke sini selanjutnya. Dengan harga sekitar Rp 40 ribu satu porsi dan juga es teh manis, perut dan lidah saya berhasil dimanjakan.

Sate Kambing Mbok Galak
Lalu, saya juga mengunjungi Martabak Kota Barat (Markobar), yang populer di Solo dan juga ciri khasnya yang menyajikan martabak dengan berbagai pilihan topping. Disarankan tidak memakan martabak ini sendirian, kemungkinan kalian bakal merasa kekenyangan sebelum mampu menghabiskannya. Terdapat dua lokasi dari Markobar, yang satu dijual dalam bentuk restoran, yang biasanya akan dipadati pengunjung di akhir pekan, restoran ini terletak di samping Solo Grand Mall. Sementara satu lagi dijual dalam bentuk warung tenda pinggir jalan, yang terletak di samping Lapangan Kota Barat.

Selain itu saya juga sempat mengunjungi Cafe Tiga Tjeret, yang merupakan salah satu cafe wedangan hits di Solo. Tempatnya yang artistik dan dihiasi payung-payung melayang di atasnya menjadi daya tarik sendiri untuk para pengunjung. Beberapa makanan khas seperti Selat Solo juga sudah saya cicipi, namun sayang saya bukan tipe penikmat makanan pedas, sehngga saya tidak pernah berani mencoba makan tengkleng, yang katanya khas juga di sini.

Cafe Tiga Tjeret
Ada kuliner unik lainnya, bukan unik dari makanannya, melainkan dari jam bukanya, yaitu Gudeg Cakar Bu Kasno yang berada di sekitar Jalan Monginsidi. Gudeg ini baru buka jam dua malam, sehingga saya dan teman-teman sering menyebutnya Gudeg 'Nocturnal'. Ada beberapa pilihan lauk untuk mendampingi lezatnya gudeg di sini, yaitu cakar, daging ayam, tahu, telur puyuh, dan sebagainya. Waktu Anda tidak akan terbuang percuma setelah menahan kantuk untuk mencicipi makanan ini, percayalah.

Gudeg Cakar Bu Kasno
Beberapa tempat lainnya yang memorable di Solo adalah Ngopi Serius, sebuah kedai kopi di dekat Stasiun Purwosari, Lalu, warung tenda Susu Segar Shi-Jack, yang juga katanya menjadi ikon kota Solo. Susu Segar Shi-Jack dapat dijumpai di beberapa tempat di Solo, Anda dapat menikmati gurihnya susu segar sembari melahap cemilan seperti roti bakar atau gorengan.

Ngopi Serius
Selesai mengenal kuliner-kuliner yang berada di Solo, saatnya menjelajahi lokasi wisata yang tidak boleh dilewatkan. Di dalam kota banyak tempat-tempat yang menampilkan heritage dari kota ini, yaitu Keraton Surakarta Hadiningrat, Benteng Vastenburg, Taman Sriwedari, Kampung Batik Laweyan, Istana Mangkunegaran, Studio Lokananta, dan Galabo (Gladak Langen Bogan, tempat makan semacam foodcourt di pinggir jalan samping Benteng Vastenburg).

Stasiun Solo Balapan
Studio Lokananta
Jalan Slamet Riyadi, Solo
Tugu Pemandengan 0 Km, Solo
Untuk menikmati wisata alam, daerah Tawangmangu dapat menjadi destinasi tepat, karena lokasinya yang tak jauh dari kota Solo. Tawangmangu ini semacam Puncak di Bogor, namun kondisinya masih lebih alami. Tawangmangu berada di Kabupaten Karanganyar dan memiliki nuansa yang sejuk dan segar. Beberapa kali saya dan teman berkunjung ke Tawangmangu untuk melepas penat selepas kuliah.

Salah satu tempat wisata yang saya kunjungi di Tawangmangu adalah Grojogan Sewu, yang menyajikan air terjun setinggi 81 m. Ketika sampai di pintu masuk Grojogan Sewu, saya masih harus jalan kaki yang cukup melelahkan menuju air terjunnya. Dalam perjalanan, saya menjumpai banyak monyet yang kadang turun menghampiri atau berkerumun di sekitar jalan menuju air terjun. Terdapat sekitar seribu anak tangga di sini, sehingga bagi yang berencana ke sini sebaiknya harus siap fisik dan membawa minuman. Sampai di bawah, rasa lelah itu hilang dan disegarkan oleh pemandangan air terjun Grojogan Sewu. Di sini terdapat fasilitas seperti penginapan dan juga kolam renang.

Grojogan Sewu
Destinasi wisata lainnya yang saya kunjungi di Jawa Tengah adalah Gunung Andong, yang terletak di Magelang. Sebelumnya saya belum pernah mendengar nama gunung ini, namun beberapa teman merekomendasikan sehingga akhirnya saya bersama dua teman saya berangkat ke sana untuk memenuhi rasa penasaran. Gunung Andong merupakan gunung yang 'ramah' bagi pendaki pemula, karena tingginya yang hanya sekitar 1.000 m, membuat tempat ini menjadi favorit anak-anak muda untuk menghabiskan waktu ber-selfie ria. Untung saja waktu itu saya dan teman-teman berangkat di hari kerja, sehingga situasi di puncak masih kondusif untuk mengambil foto secara bebas. Untuk menuju puncak Gunung Andong hanya membutuhkan waktu sekitar 1 jam, saat itu saya berangkat tengah malam dari Solo lalu tiba di puncak jam setengah 4 malam.
Puncak Gunung Andong
Gunung Andong ketika sunrise.
Sampai di puncak, terlihat beberapa tenda di sana, menyelamatkan para pemburu sunrise dari rasa dingin yang menusuk malam itu. Saya sendiri tidak membawa tenda, kami hanya duduk beralaskan koran dan kursi lipat di atas tanah dan kemudian bercengkrama sembari memandangi ribuan bintang di langit. Beruntunglah saya, karena saat itu cuacanya cerah sehingga hamparan bintang tersebut dapat dinikmati sepuasnya. Sebuah malam yang begitu tenang dan terasa spesial.

Ketika matahari mulai mengintip, kami bersiap-siap untuk mengambil posisi terbaik. Rasa dingin yang tadinya menusuk mulai mengendur perlahan. Pemandangan di bawah yang begitu indah kemudian terlihat dengan jelas. Rumah-rumah warga, hutan, dan sawah dapat dilihat dengan jelas dari puncak. Di seberang, terlihat dua gunung yaitu Merbabu dan Merapi yang terasa sangat dekat. Di sudut lainnya, tampak Gunung Slamet, Sindoro, dan Sumbing yang berjajar rapi mengerucut. Pemandangan yang tiada duanya, langit biru dan lautan awan di bawah mulai menyeruak. Sekitar jam 7, kami pun memutuskan untuk turun dan kembali ke Solo.

Gunung Merbabu dan Merapi dari puncak Gunung Andong
Gunung Sindoro dan Sumbing di kejauhan.
 Setelah merasa puas dengan pemandangan dari puncak Gunung Andong, saya memutuskan untuk melakukan pendakian yang 'sebenarnya'. Kembali memanfaatkan waktu luang ketika weekdays, saya bersama lima teman lainnya memutuskan untuk melakukan pendakian ke Gunung Merbabu, yang memiliki ketinggian 3.142 mdpl. Kami berangkat selepas maghrib dan tiba di basecamp pendakian Gunung Merbabu melalui Selo. Sekitar enam jam lamanya untuk mencapai pos 3 yang menjadi tujuan tempat berkemah kami. Medan menuju pos 3 tidak berat, namun stamina diuji karena jaraknya yang jauh. Tiba di pos 3 kami pun memasang tenda dan istirahat.

Pos 3 Gunung Merbabu
Gunung Merapi dari pos 3 Gunung Merbabu

Pagi hari, kami disapa hamparan rumput hijau yang begitu luas dan langit yang cerah, dari sini tampak Gunung Merapi yang menjulang dan banyak tenda warna-warni di sekitar. Kami sarapan dulu sebelum melanjutkan perjalanan lagi menuju puncak. Kali ini medan yang dilalui untuk sampai ke sabana 1 dan sabana 2 cukup terjal. Beberapa teman tak mampu melanjutkan, hingga akhirnya tinggal saya dan ketiga teman lainnya yang berjuang untuk sampai ke puncak. Ketika perjalanan tiba di sabana 2, awan mendung datang dan semakin pekat, kabut pun mulai menyelimuti perjalanan kami. "Wah, gawat ini kalau hujan," pikir saya. Sepanjang perjalanan, saya terus berdoa agar tidak turun hujan. 

Namun sayang, setibanya di puncak, hanya beberapa detik setelah merasa lega karena sampai di puncak, hujan turun deras sekali dan langsung menghantam tubuh kami yang tanpa persiapan. Alhasil, gagal mengabadikan momen di puncak dengan pemandangan indah di belakangnya. Namun tak apa, tetap menjadi pengalaman perdana mendaki yang menyenangkan. Dan pemandangan indah sepanjang perjalanan sebelum mendung tadi sudah cukup membuat saya merasakan indahnya berada di ketinggian. Masih ada waktu lain untuk menikmati hari cerah di puncak Merbabu.

Bersama kabut di Gunung Merbabu
Kabut dan awan mendung menuju puncak Merbabu.
Lelah dengan perjalanan berat, wisata selanjutnya adalah mengunjungi dua candi ikonik di Jawa Tengah, yaitu Candi Prambanan dan Candi Borobudur. Prambanan yang berada di daerah Klaten dan Yogyakarta, menjadi tujuan awal. Jaraknya yang tak jauh dari Solo membuat perjalanan ini terasa menyenangkan. Peninggalan historis yang indah dan elegan, sebelumnya saya hanya melihat Candi Prambanan dari buku IPS semasa SD dan foto-foto di internet. Selalu jadi kesenangan tersendiri untuk mengunjungi tempat bersejarah. Kekaguman terhadap orang-orang di zaman dahulu yang mampu membuat bangunan seperti ini, menggunakan batu dan menciptakan relief yang tertata rapi.

Peninggalan historis, Candi Prambanan
Sementara itu Candi Borobudur, merupakan destinasi wajib selama di Jawa Tengah. Sebagai salah satu tempat yang pernah menjadi World Seven Wonders (Tujuh Keajaiban Dunia), maka tidak lumrah rasanya berada di Jawa Tengah tapi tidak pernah ke sini. Sebuah candi yang tampak gagah dan megah. Tampak banyak wisatawan asing yang berkunjung ke sini. Saya menelusuri setiap sudut dari Candi Borobudur hingga sampai ke puncak candi. Terdapat banyak stupa dan patung yang menghiasi candi ini.

Candi Borobudur yang megah.
Pemandangan di puncak Candi Borobudur
Selesai menikmati pesona historis, saya mengunjungi Bukit Rhema atau yang dikenal orang banyak sebagai 'Gereja Ayam'. Letaknya tidak jauh dari Borobudur dan jalan masuknya pun tidak terlalu jauh dari jalan besar. Nama 'Gereja Ayam' semakin mencuat semenjak dijadikan 'pelarian' Rangga dan Cinta dalam film Ada Apa Dengan Cinta 2 yang dirilis belum lama ini. Saya sendiri ikut penasaran setelah menonton film itu. Buat yang mengunjungi tempat ini, dapat menelusuri setiap bagian dari gereja tersebut, mulai dari ke bagian kepala dan ke bawah tanah. Terdapat sepenggal sejarah dari pembangunan gereja ini yang ditempel di dinding.

Pemandangan dari kepala 'Gereja Ayam'.
Bukit Rhema atau 'Gereja Ayam', Magelang.
Selain wisata kuliner dan alam, di Jawa Tengah juga saya menikmati bagaimana kuatnya pergerakan musik di kota Solo, yang memiliki berbagai perhelatan musik tahunan, seperti Solo City Jazz, Solo Blues Festival, dan Rock In Solo. Sebagai penggemar musik rock, saya tidak pernah absen untuk datang ke Rock In Solo selama dua tahun tinggal di sana. Banyaknya artis internasional yang mewarnai nama musisi di Rock In Solo menjadikan festival ini dianggap sebagai perhelatan musik terbesar di Jawa Tengah dan berskala nasional.

Rock In Solo 2014
Rock In Solo 2015
Begitulah sepenggal cerita saya selama merantau. Dua tahun yang penuh kenangan dan pengalaman luar biasa. Saya meninggalkan Solo dan Jawa Tengah dengan rasa bangga dan kagum. Berharap ada kesempatan lain untuk berkunjung ke tempat lainnya yang belum saya kunjungi.

Pesonamu akan selalu terkenang
Pesonamu akan selalu dirindukan

Surakarta
Jawa Tengah


*Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog Visit Jawa Tengah 2016 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah @VisitJawaTengah (www.twitter.com/visitjawatengah)



Monday, 25 July 2016

DC Kuasai San Diego Comic-Con 2016

Salah satu acara budaya pop terbesar di Amerika Serikat, San Diego Comic-Con (SDCC) resmi digelar kembali pada 21-24 Juli kemarin. Sudah sepatutnya para penggemar komik dan film di seluruh dunia harap-harap cemas menanti sekiranya kabar menarik apakah yang akan diumumkan dalam acara tersebut. Seperti biasa, dua raksasa komik asal Amerika Serikat, Marvel dan DC menarik perhatian paling besar dengan film-film dan proyek lainnya yang tengah digarap.

Mau tahu ada informasi terbaru apa saja dari SDCC 2016? Berikut ini beberapa informasi penting yang saya rangkum dari pantauan di lini masa (Mungkin suatu saat nanti bisa meliput langsung ke sana, aamiin).


DC baru saja merilis film Batman V Superman: Dawn of Justice pada Maret lalu, yang menuai pro dan kontra mengenai kualitas ceritanya. Menurut saya sendiri filmnya seru, meski tak mampu mengalahkan Captain America: Civil War, tapi masih tetap menarik untuk ditonton berulang-ulang (Total sudah tiga kali saya menonton BVS). Masih ingat dengan pembicaraan antara Bruce Wayne dan Diana Prince di akhir film? Bruce bertekad untuk menemukan daftar metahuman (manusia berkemampuan khusus) yang dimiliki oleh Lex Luthor dan mengumpulkan mereka semua untuk bertarung bersama. Sebuah pernyataan yang pastinya langsung tertuju pada Justice League, kelompok superhero dari DC. Nah pada SDCC kemarin, DC resmi merilis trailer perdana dari film Justice League yang rencananya akan diputar pada November 2017. Dalam trailer itu, tampak Bruce Wayne menjadi inisiator yang mengunjungi Aquaman, The Flash, dan Cyborg untuk mengajak mereka bergabung dalam Justice League. Aquaman tampak sulit diajak, sementara The Flash langsung meng-iya-kan dengan alasan butuh teman. :D Jadi lebih suka kostum The Flash di serial TV atau versi Ezra Miller?

Tidak berhenti di situ, DC juga merilis trailer perdana dari film Wonder Woman yang memanjakan mata. Gal Gadot terlihat sangat pas untuk memerankan sosok Wonder Woman, dari BVS pun udah terlihat. Wonder Woman tampak overpowered dalam trailer itu. Rencananya film ini akan dirilis pada Juni tahun depan. Ah, masih lama!

Malas menunggu lama? Ada satu film dari DC yang akan segera ditayangkan pada Agustus ini berjudul Suicide Squad. Trailer terakhir Suicide Squad yang dirilis pada SDCC menunjukkan lebih banyak karakter Joker yang diperankan Jared Leto. Sepertinya dia bakal kembali berkonfrontasi dengan Sang Ksatria Kegalapan, Batman. Film yang patut ditunggu, karena kita sudah terbiasa dengan kumpulan superhero yang menjadi tokoh utama seperti dalam Avengers, kini berkesempatan melihat bagaimana bila tokoh utama adalah komplotan penjahat (villain).



Selain dari film layar lebar, DC juga memberi kejutan terkait film serial seperti The Flash, Arrow, Supergirl, Legends of Tomorrow, dan Gotham. The Flash season 3 resmi akan bercerita tentang Flashpoint, lalu munculnya speedster lainnya. Untuk villain sendiri belum dikonfirmasi, siapakah yang akan menjadi lawan utama Bary Allen di season 3 setelah sebelumnya Reverse Flash dan Zoom. Arrow juga kembali dengan season 5-nya, Oliver Queen alias Green Arrow akan kembali beraksi untuk melindungi Starling City. Saya masih menunggu kehadiran kembali Deathstroke (yang terakhir kali dikurung di Pulau Lian Yu) atau villain lainnya yang lebih keren dari Damien Darhk. Sementara itu Supergirl resmi bergabung dengan jaringan televisi CW, yang membuat kemungkinan crossover akan menjadi lebih besar dan kehadiran Superman di season 2 nanti diharapkan dapat membuat ceritanya menjadi lebih seru, maklum season 1 agak kurang greget, satu-satunya yang bikin menarik untuk saya karena ada Martian Manhunter. Jim Gordon pun akan kembali dalam Gotham season 3 untuk membereskan penjahat-penjahat yang baru saja kabur dari Indian Hill-nya Professor Hugo Strange. Apakah Bruce Wayne akan semakin dewasa dan semakin dekat untuk menjadi Batman di season 3? Mulai September kalian dapat kembali menikmati serial-serial TV ini.

Beralih ke Marvel, tidak semeriah DC pada pengumumannya kali ini, dimulai dari dirilisnya artwork Spider-Man: Homecoming yang mengonfirmasi jika villain dalam film itu adalah Vulture. Aksi Tom Holland sebagai Spidey bisa ditonton 7 Juli tahun depan. Lalu, dari film yang akan segera dirilis pada November nanti, Doctor Strange! Benedict Cumberbatch bukan lagi seorang detektif, tapi penyihir! Apaan sih…



Lalu salah satu berita terbesar adalah diumumkannya Brie Larson sebagai pemeran Captain Marvel. Setelah banyak opini berkembang, bahkan ada yang bilang Chloe Grace Moretz yang bakal memerankan Captain Marvel, akhirnya resmi juga Brie Larson. Oh iya, untuk yang sudah nonton Captain America: Civil War kemarin pada penasaran kemana perginya Thor dan Hulk? Jawabannya ada di film Thor: Ragnarok yang bakal dirilis pada 3 November 2017. Di sini bakal diceritain apa yang dilakukan Thor dan Hulk saat Civil War terjadi. Di SDCC juga diperlihatkan armor Hulk yang bakal digunakan di film itu nanti, badan hijau dengan armor seperti itu jadi terbayang Ogre di Tekken. World War Hulk! Sementara untuk film Black Panther baru akan dimulai proses shooting pada Januari nanti.

Kabar lainnya adalah bertambahnya cast untuk Guardians of The Galaxy Vol.2, nama besar seperti Sylvester Stallone muncul dalam daftar. Sementara untuk serial TV, Marvel akan merilis beberapa judul terbaru, seperti Defenders, Iron Fist, Luke Cage, dan Legion. Selain itu, Daredevil juga akan kembali untuk season 3 dan Agents of S.H.I.E.L.D yang akan menghadirkan sosok Ghost Rider di season 4. Sayangnya tidak ada Punisher dan lanjutan Jessica Jones (Tapi JJ bakal muncul di Defenders).

Di luar duo Marvel dan DC, Fantastic Beasts and Where To Find Them juga merilis trailer terbarunya. Sang pemenang Oscar, Eddie Redmayne yang berperan sebagai Newt Scamander akan berkelana di dunia sihir dan bertemu hewan-hewan unik dari dunia sihir. Untuk yang merindukan kisah Harry Potter, semoga film ini dapat mengobati kerinduan itu dan membawa kembali fantasi-fantasi lama yang diberikan oleh J.K. Rowling. Film ini bakal diputar pada November mendatang.

Satu informasi terakhir adalah dari serial TV yang membuat kalian berpikir keras ketika menontonnya, Sherlock. Ternyata Benedict Cumberbatch masih menjadi detektif juga di samping menjadi penyihir. Kegilaan dan kejeniusan Sherlock Holmes versi Ben Cumberbatch dapat kembali disaksikan di season 4 yang rencananya akan dirilis pada tahun depan. Ahoooy!

Sekian rangkuman yang saya buat dari gegap gempita SDCC kemarin.
Selamat bersabar menanti film yang ditunggu rilis :)

Buat yang mau nonton trailer-trailer dari SDCC kemarin bisa dicek di bawah ini.


 








Sunday, 24 April 2016

Live Review: Rock In Solo 2015


Rock In Solo 2015 resmi menginjak tahun ke-11, melewati satu dekade pemberontakan dari anak haram kebudayaan yang bergerilya membangun identitas festival ini sebagai festival berskala internasional dan menjadi yang terbesar di Jawa Tengah. Nama-nama artis internasional mewarnai perhelatan Rock In Solo beberapa tahun belakangan, seperti Psycroptic, Dying Fetus, Cannibal Corpse, Behemoth, Hour of Penance, Death Angel, Kataklysm, dan Carcass. Setelah digelar pertama kali pada 2004 silam, Rock In Solo terus membuktikan diri menjadi festival musik keras yang eksis dan tetap menjaga kearifan lokal, baik dalam segi band pengisi maupun tema acara.

Masih diingat pada beberapa edisi sebelumnya Rock In Solo menampilkan parade Marching Band Keraton yang menegaskan wujud kecintaan pihak penyelenggara terhadap kebudayaan Solo dan tentunya menjadi pesan tersendiri bagi para penonton. Lama-kelamaan, selain sebagai tujuan wisata budaya dan kuliner, Solo memiliki wisata alternatif lain, yaitu wisata metal yang dapat dinikmati setiap tahunnya melalui Rock In Solo.

Hal ini terlihat dari kerumunan massa hitam-hitam yang berkerumun di sekitar Lapangan Parkir Stadion Manahan, yang menjadi venue perhelatan akbar Rock In Solo ke-9 pada Minggu (15/11). Banyak sekali penonton yang mengenakan kaos Rock In Solo edisi-edisi sebelumnya, secara tidak langsung menunjukkan jika Rock In Solo telah memiliki penonton setia yang rutin datang setiap tahunnya. Namun, ada rasa miris dalam hati ketika memasuki area venue, dimana banyak dijumpai pedagang kaos-kaos bajakan di luar pintu masuk. Ini sudah seperti agenda tersendiri bagi pedagang kaos bajakan, yang kini banyak dijumpai di berbagai konser besar di Indonesia. Padahal di dalam venue tersedia berbagai macam suvenir metal orisinil yang menarik dari Bowsound, Belukar, Sepsis Records, dan sebagainya.

Tema Metal Against Racism terpampang jelas di atas panggung. Tema ini dipilih oleh pihak penyelenggara untuk memperluas jangkauan dengan target massa yang lebih global. Bentuk kepedulian terhadap isu kesetaraan suku, agama, ras, dan golongan disampaikan melalui tema ini. Apalagi beberapa waktu lalu kancah musik metal Indonesia sempat diguncang oleh isu rasisme dalam suatu konser yang mengatasnamakan metal. Selain itu, Rock In Solo 2015 juga menjadi perayaan dibukanya gerbang menuju era baru dari festival ini. Seperti diungkapkan oleh salah satu Dewan Jenderal Rock In Solo dan juga pentolan Down For Life, Stephanus Adjie. Ia mengatakan, pemilihan tema ini juga merupakan salah satu langkah menuju era baru Rock In Solo yang lebih global.

Pemilihan venue sendiri sebenarnya diakui dilematis oleh Adjie. “Dalam setiap helatan Rock In Solo, kami akui venue selalu menjadi kendala kami,” ujar Adjie. Ia mengaku, sebenarnya pihak penyelenggara (The Think Organizer) memiliki banyak opsi untuk venue kali ini. Namun dengan berbagai pertimbangan kenyamanan dan izin, akhirnya Lapangan Parkir Stadion Manahan yang menjadi pilihan. “Lapangan Parkir Stadion Manahan kami pilih untuk menghindari debu yang sangat mengganggu ketika tahun lalu di Benteng Vastenburg. Juga untuk menghindari lumpur karena saat ini telah memasuki musim penghujan. Kami cukup bersyukur dengan dipilihnya venue ini,” lanjutnya.

Pemilihan ini dirasa tepat, terbukti para penonton kini tak lagi ragu untuk melakukan moshing yang liar, menciptakan wall of death, crowd surfing, dan melompat-lompat. Berbanding terbalik dengan tahun lalu dimana beberapa penonton memilih untuk menghindari debu dan menutupi hidung mereka dengan masker. Riak-riak moshpit mulai tercipta di bagian depan ketika Carnivored menunjukkan keliaran di atas panggung. Tampak Baken Nainggolan (Hellcrust) dan David Salim (Djin) mengisi posisi gitar. Lagu-lagu andalan dari album No Truth Found menyerang kuping penonton secara bertubi-tubi, memancing riak moshpit yang semakin besar. Permainan yang kejam ditampilkan Carnivored, padu dan harmonis. Vokal Ronald mengaum penuh amarah dan bertenaga. Sayang, di beberapa lagu gitar David sempat mati.

Semakin sore, terik matahari mulai meredup dan venue semakin padat. Kapasitas venue yang tidak seluas Benteng Vastenburg membuat area di dalam sangat padat sehingga udara terasa panas. Panasnya venue memuncak ketika band rock oktan tinggi, Seringai mengambil alih panggung. Area moshpit semakin liar dan brutal, terutama ketika nomor-nomor pemancing adrenalin seperti “Skeptikal”, “Amplifier”, dan lagu yang jarang dibawakan sebelumnya, “Infiltrasi” membombardir penonton. Berbagai intruksi sang vokalis, Arian melalui lagu “Program Party Seringai” diamini oleh penonton. Mereka bertubrukan badan, tertimpa kawan yang crowd surfing, terkena hantaman siku, berlari berkeliling moshpit, dan membelah dua bagian penonton. Tampak para personel Seringai menikmati pemandangan tersebut. Gila sekali suasana moshpit saat itu, seketika tubuh terasa lelah dan dahaga menyeruak setelah Seringai menutup set-nya dengan rentetan lagu “Kilometer Terakhir”, “Dilarang Di Bandung”, dan “Ace of Spades” dari Motörhead.


Memang seperti menjadi kerinduan tersendiri bagi metalheads Solo untuk menyaksikan Seringai dan Burgerkill. Cukup lama mereka menanti kembalinya dua band ini ke kota Solo. Dan penonton pun menyambut dengan baik sosok-sosok yang dirindukan tersebut dengan cara yang benar dan memorable. Para kru Burgerkill mulai naik ke atas panggung menyiapkan segala sesuatunya. Memanfaatkan waktu senggang ini, saya menyempatkan diri mengisi perut dan melepas dahaga di area foodcourt sembari menyaksikan jumlah penonton yang terus bertambah.

Memasuki jam setengah lima sore, lagu “Atur Aku” dari Burgerkill membuka kembali moshpit yang tertunda. Karena kondisi tubuh masih belum pulih akibat "berpesta" sebelumnya dengan Seringai, akhirnya saya memutuskan menyaksikan Burgerkill dari baris tengah saja. Vicky Mono hari ini komunikatif sekali, banyak membicarakan hal ini dan itu kepada penonton. Raut wajah Agung sempat terlihat kesal ketika gitarnya tiba-tiba mati di tengah lagu baru yang sedang dibawakan, “Undefeated”. Sesuai prediksi ketika pertama kali mendengarkan lagu ini, gerakan-gerakan penonton di area moshpit  semakin liar. Lagu yang kental nuansa thrash dan hardcore ini seperti menyuntik semangat penonton. Burgerkill tampil tanpa ampun, prima seperti biasanya dan hanya masalah teknis yang mengganggu.

“Under The Scars” yang diambil dari album Venomous menutup sore yang panas dan brutal hari itu. Pihak penyelenggara memberikan waktu jeda selama 1 jam lebih sebelum dua penampil utama, Unearth dan Nile. Kondisi ini dimanfaatkan oleh para penonton untuk mengisi ulang energi dan beribadah bagi kaum muslim. Jeda yang panjang menjadi strategi pihak penyelenggara untuk mengantisipasi kejadian tahun lalu, dimana penonton sudah kehabisan energi saat Carcass tampil. Terdapat beberapa hal berbeda dari gelaran festival Rock In Solo kali ini, salah satunya adalah diizinkannya penonton untuk membawa segala jenis kamera ke dalam venue. Untungnya, penonton yang membawa kamera profesional tidak banyak sehingga kekhawatiran akan kenyamanan menonton tidak terwujud.

Seharusnya, band metalcore asal Australia, I Killed The Prom Queen tampil setelah Burgerkill. Namun, mereka tertahan di Malaysia karena promotor mereka di Malaysia (Sebelum ke Solo, mereka tampil terlebih dahulu di Malaysia) tidak memiliki visa untuk mereka. Band kemudian ditahan di kantor imigrasi Malaysia. “Kemungkinan kami akan ditahan di sini selama 4-14 hari,” kicau gitaris Jona Weinhofen di Twitter. I Killed The Prom Queen pun resmi batal tampil di Rock In Solo 2015.

Pukul 7 malam, gitaris Unearth, Buz McGrath naik ke atas panggung dan mempersiapkan peralatan tempur band. McGrath, gitaris Ken Susi, dan vokalis Trevor Phipps termasuk pendiri band yang masih bertahan hingga sekarang, sementara drummer Nick Pierce baru bergabung pada 2012 dan posisi bass diisi oleh musisi tamu, Chris O’Toole. Album-album Unearth cukup berpengaruh terhadap perkembangan musik metal hardcore di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Penampilannya di Rock In Solo menjadi kali ketiga di Indonesia dalam setahun, setelah di Hammersonic Festival pada Maret lalu dan Rock In Celebes sehari sebelum di Solo. Penonton tampak sudah tidak sabar, mereka mulai berteriak-teriak, sebuah pernyataan perang jika energi mereka sudah terkumpul kembali.

Segera saja, “Watch It Burn” menghujam penonton yang secara spontan bergerak menghantam sekitarnya. Tata suara dalam penampilan Unearth ini tebal dan jernih, membuat melodi-melodi yang dilancarkan McGrath dan Susi mengalun tajam di telinga. Bahkan Trevor turut memujinya, “Sound-nya sangat bagus!” Strategi penyelenggara cukup berhasil sejauh ini, penonton tak henti bergerak sepanjang penampilan Unearth. Repertoar andalan dari album terakhir, Watchers of Rule, “The Swarm” dan “Never Cease” dibawakan malam itu. Cukup sulit untuk menerobos ke barisan depan, kepadatan penonton mulai memuncak dan sulit bergerak bebas terutama bagi yang berada di baris tengah. Rif dan melodi yang dilancarkan duo McGrath dan Susi mengalir deras tanpa cela. Sesekali Susi bernyanyi di beberapa bagian lagu “Last Wish” dan “Endless”. Lingkaran besar tercipta ketika “My Will Be Done” dimainkan. Penampilan Unearth sangat memuaskan dan jauh lebih baik ketimbang di Hammersonic lalu. Ditunjang tata suara yang bagus dan penonton yang antusias, pesta pun berlangsung klimaks.

Unearth menutup penampilan sarat ayunan kepalanya dengan lagu “The Great Dividers”. Penonton kembali duduk dan menanti penampil utama terakhir, monster technical death metal asal AS, Nile. Sebuah backdrop bergambar logo Nile raksasa mulai dipasang di atas panggung, lalu gitaris Karl Sanders, Dallas Toler-Wade, drummer George Kollias, dan bassis Brad Parris mondar-mandir di atas panggung melakukan line check. Sepertinya Unearth dan Nile kompak membawa sedikit kru untuk tur di Asia Tenggara dan Australia kali ini. Karl beberapa kali memarahi kru panggung karena terdapat masalah pada mikrofonnya, “Hei, tolong perhatikan! Mikrofon ini mendengking!”

Band yang baru saja merilis album baru, What Should Not Be Unearthed ini mulai membakar panggung dengan “Sacrifice Unto Sebek”. Brutal dan agresif, semuanya bergerak cepat, mulai jari-jemari para gitaris dan bassis, pukulan drum, dan hentakan double bass dari George. Teknikalitas tinggi musik death metal bernuansa Timur Tengah yang disajikan oleh Nile mulai merangsang penonton untuk bergerak. Wall of death tercipta ketika lagu yang diambil dari album baru, “In The Name of Amun” dipresentasikan. Dallas sesekali menunjukkan ekspresi wajah bengis yang begitu menikmati musiknya. Setelah lagu ini selesai, Karl mengalami masalah teknis dengan gitarnya. “Saya pikir Karl merusak sesuatu. Kami memiliki kebiasaan buruk dalam merusak barang. Biasanya George yang senang merusak sesuatu, kali ini Karl,” ujar Dallas, tertawa. Karena cukup lama menunggu perbaikan teknis pada gitar Karl, Dallas berinisiatif melakukan solo gitar untuk menghibur penonton, tapi dalam beberapa detik ia hentikan kembali. “Kami bukan tipe band yang bermain solo, walaupun sedang bermain di festival Solo (Rock In Solo),” candanya.

Karl tersenyum membalas perkataan beberapa penonton yang memintanya untuk tidak merusak gitarnya lagi. Ia siap, agresi pun dilanjutkan dengan “The Howling of The Jinn”. Strategi penyelenggara untuk menjaga stamina penonton tampaknya tak sepenuhnya berhasil. Penonton mulai kehabisan energi dan beberapa yang di depan memilih mundur ketika 3 lagu terakhir mulai berjalan. Sudah tidak ada lagi gerakan-gerakan liar, hanya dua penonton yang terus melakukan headbang tanpa henti di baris depan yang sudah merenggang. Bahkan, beberapa di antaranya duduk dan tak sanggup lagi menanggapi derasnya musik Nile. Hingga akhirnya Nile menutup Rock In Solo 2015, sekaligus membuka era baru bagi festival ini, dengan hits “Black Seeds of Vengeance”. Terasa ada yang kurang dengan penampilan Nile, mereka tidak memainkan lagu yang mungkin paling terkenal di Indonesia, “Kafir!” Beberapa penonton berteriak-teriak meminta lagu itu dimainkan namun tidak digubris. Padahal lagu ini termasuk dari empat lagu yang selalu ada dalam setlist mereka.

Sukacita dan euforia sepanjang konser berlangsung menjadi kunci yang akan mengantarkan Rock In Solo untuk terus berjaya di era barunya. Tugas Rock In Solo ke depannya adalah untuk terus mempertahankan antusias penonton seperti ini. Berbagai pilihan band pengisi dan konsep acara akan terus menjadi tantangan bagi pihak penyelenggara ke depannya. Patut ditunggu, Rock In Solo 2016!