Tak pernah menduga sebelumnya, merantau akan menjadi sebuah bagian dari hidup saya. Sebuah kehidupan yang tak lagi sama dengan sebelumnya, ketika keluarga berada di sekitar kita, dan lingkungan yang tak asing karena kita jumpai sehari-harinya. Selepas dinyatakan lulus dari Diploma 3 IPB, sebenarnya ada niat untuk segera mencari pekerjaan. Namun, desakan keluarga untuk mengejar jenjang pendidikan yang lebih tinggi pada akhirnya meluluhkan hati saya. Universitas Sebelas Maret (biasa disebut UNS) menjadi pilihan dan saya resmi merantau ke kota Solo untuk dua tahun lamanya, mulai dari tahun 2014.
Jawa Tengah merupakan wilayah yang sangat kental dengan budaya, terutama kota Surakarta alias Solo. Setiap bulan selalu ada acara kebudayaan dan kesenian yang digelar di kota ini, membuat Solo tidak menjadi kota yang membosankan. Meski terkendala perbedaan bahasa di awal, tapi saya perlahan mulai beradaptasi dan mulai terbiasa dengan kehidupan kota Solo.
Saya tak sendiri dalam perantauan ini, beberapa teman yang juga berasal dari Bogor turut melanjutkan studi di UNS bersama saya. Oleh karena itu, banyak hal yang akan saya ceritakan selanjutnya bersama teman-teman saya ini, bagaimana kami mengeksplorasi beberapa lokasi yang menjadi pesona keindahan kota Solo dan sekitarnya, yang merupakan kebanggaan dari provinsi Jawa Tengah. Perantauan ini menjadi sebuah pengalaman baru bagi saya, yang sebelumnya sangat jarang melakukan
traveling. Bersama teman-teman, banyak waktu luang yang saya manfaatkan untuk jalan-jalan dan mencicipi kuliner kota Solo.
Tahun pertama sebagai
wong Solo, saya masih cukup jarang melakukan perjalanan jauh karena kesibukan di kampus. Wisata kuliner menjadi pilihan pada tahun pertama ini, beberapa tempat yang menjadi daya tarik kuliner di kota Solo berhasil saya kunjungi. Sate Kambing Mbok Galak adalah tempat makan yang paling awal saya kunjungi. Tempat ini menawarkan sate buntel, karena baru pertama kali memakan sate buntel, saya terkejut ternyata ada sate sebesar itu. Dan rasanya yang nikmat membuat saya tak bisa menolak jika kembali diajak ke sini selanjutnya. Dengan harga sekitar Rp 40 ribu satu porsi dan juga es teh manis, perut dan lidah saya berhasil dimanjakan.
 |
Sate Kambing Mbok Galak |
Lalu, saya juga mengunjungi Martabak Kota Barat (Markobar), yang populer di Solo dan juga ciri khasnya yang menyajikan martabak dengan berbagai pilihan
topping. Disarankan tidak memakan martabak ini sendirian, kemungkinan kalian bakal merasa kekenyangan sebelum mampu menghabiskannya. Terdapat dua lokasi dari Markobar, yang satu dijual dalam bentuk restoran, yang biasanya akan dipadati pengunjung di akhir pekan, restoran ini terletak di samping Solo Grand Mall. Sementara satu lagi dijual dalam bentuk warung tenda pinggir jalan, yang terletak di samping Lapangan Kota Barat.
Selain itu saya juga sempat mengunjungi Cafe Tiga Tjeret, yang merupakan salah satu cafe wedangan
hits di Solo. Tempatnya yang artistik dan dihiasi payung-payung melayang di atasnya menjadi daya tarik sendiri untuk para pengunjung. Beberapa makanan khas seperti Selat Solo juga sudah saya cicipi, namun sayang saya bukan tipe penikmat makanan pedas, sehngga saya tidak pernah berani mencoba makan tengkleng, yang katanya khas juga di sini.
 |
Cafe Tiga Tjeret |
Ada kuliner unik lainnya, bukan unik dari makanannya, melainkan dari jam bukanya, yaitu Gudeg Cakar Bu Kasno yang berada di sekitar Jalan Monginsidi. Gudeg ini baru buka jam dua malam, sehingga saya dan teman-teman sering menyebutnya Gudeg 'Nocturnal'. Ada beberapa pilihan lauk untuk mendampingi lezatnya gudeg di sini, yaitu cakar, daging ayam, tahu, telur puyuh, dan sebagainya. Waktu Anda tidak akan terbuang percuma setelah menahan kantuk untuk mencicipi makanan ini, percayalah.
 |
Gudeg Cakar Bu Kasno |
Beberapa tempat lainnya yang
memorable di Solo adalah Ngopi Serius, sebuah kedai kopi di dekat Stasiun Purwosari, Lalu, warung tenda Susu Segar Shi-Jack, yang juga katanya menjadi ikon kota Solo. Susu Segar Shi-Jack dapat dijumpai di beberapa tempat di Solo, Anda dapat menikmati gurihnya susu segar sembari melahap cemilan seperti roti bakar atau gorengan.
 |
Ngopi Serius |
Selesai mengenal kuliner-kuliner yang berada di Solo, saatnya menjelajahi lokasi wisata yang tidak boleh dilewatkan. Di dalam kota banyak tempat-tempat yang menampilkan
heritage dari kota ini, yaitu Keraton Surakarta Hadiningrat, Benteng Vastenburg, Taman Sriwedari, Kampung Batik Laweyan, Istana Mangkunegaran, Studio Lokananta, dan Galabo (Gladak Langen Bogan, tempat makan semacam
foodcourt di pinggir jalan samping Benteng Vastenburg).
 |
Stasiun Solo Balapan |
 |
Studio Lokananta |
 |
Jalan Slamet Riyadi, Solo |
 |
Tugu Pemandengan 0 Km, Solo |
Untuk menikmati wisata alam, daerah Tawangmangu dapat menjadi destinasi tepat, karena lokasinya yang tak jauh dari kota Solo. Tawangmangu ini semacam Puncak di Bogor, namun kondisinya masih lebih alami. Tawangmangu berada di Kabupaten Karanganyar dan memiliki nuansa yang sejuk dan segar. Beberapa kali saya dan teman berkunjung ke Tawangmangu untuk melepas penat selepas kuliah.
Salah satu tempat wisata yang saya kunjungi di Tawangmangu adalah Grojogan Sewu, yang menyajikan air terjun setinggi 81 m. Ketika sampai di pintu masuk Grojogan Sewu, saya masih harus jalan kaki yang cukup melelahkan menuju air terjunnya. Dalam perjalanan, saya menjumpai banyak monyet yang kadang turun menghampiri atau berkerumun di sekitar jalan menuju air terjun. Terdapat sekitar seribu anak tangga di sini, sehingga bagi yang berencana ke sini sebaiknya harus siap fisik dan membawa minuman. Sampai di bawah, rasa lelah itu hilang dan disegarkan oleh pemandangan air terjun Grojogan Sewu. Di sini terdapat fasilitas seperti penginapan dan juga kolam renang.
 |
Grojogan Sewu |
Destinasi wisata lainnya yang saya kunjungi di Jawa Tengah adalah Gunung Andong, yang terletak di Magelang. Sebelumnya saya belum pernah mendengar nama gunung ini, namun beberapa teman merekomendasikan sehingga akhirnya saya bersama dua teman saya berangkat ke sana untuk memenuhi rasa penasaran. Gunung Andong merupakan gunung yang 'ramah' bagi pendaki pemula, karena tingginya yang hanya sekitar 1.000 m, membuat tempat ini menjadi favorit anak-anak muda untuk menghabiskan waktu ber-selfie ria. Untung saja waktu itu saya dan teman-teman berangkat di hari kerja, sehingga situasi di puncak masih kondusif untuk mengambil foto secara bebas. Untuk menuju puncak Gunung Andong hanya membutuhkan waktu sekitar 1 jam, saat itu saya berangkat tengah malam dari Solo lalu tiba di puncak jam setengah 4 malam.
 |
Puncak Gunung Andong |
 |
Gunung Andong ketika sunrise. |
Sampai di puncak, terlihat beberapa tenda di sana, menyelamatkan para pemburu sunrise dari rasa dingin yang menusuk malam itu. Saya sendiri tidak membawa tenda, kami hanya duduk beralaskan koran dan kursi lipat di atas tanah dan kemudian bercengkrama sembari memandangi ribuan bintang di langit. Beruntunglah saya, karena saat itu cuacanya cerah sehingga hamparan bintang tersebut dapat dinikmati sepuasnya. Sebuah malam yang begitu tenang dan terasa spesial.
Ketika matahari mulai mengintip, kami bersiap-siap untuk mengambil posisi terbaik. Rasa dingin yang tadinya menusuk mulai mengendur perlahan. Pemandangan di bawah yang begitu indah kemudian terlihat dengan jelas. Rumah-rumah warga, hutan, dan sawah dapat dilihat dengan jelas dari puncak. Di seberang, terlihat dua gunung yaitu Merbabu dan Merapi yang terasa sangat dekat. Di sudut lainnya, tampak Gunung Slamet, Sindoro, dan Sumbing yang berjajar rapi mengerucut. Pemandangan yang tiada duanya, langit biru dan lautan awan di bawah mulai menyeruak. Sekitar jam 7, kami pun memutuskan untuk turun dan kembali ke Solo.
 |
Gunung Merbabu dan Merapi dari puncak Gunung Andong |
 |
Gunung Sindoro dan Sumbing di kejauhan. |
Setelah merasa puas dengan pemandangan dari puncak Gunung Andong, saya memutuskan untuk melakukan pendakian yang 'sebenarnya'. Kembali memanfaatkan waktu luang ketika weekdays, saya bersama lima teman lainnya memutuskan untuk melakukan pendakian ke Gunung Merbabu, yang memiliki ketinggian 3.142 mdpl. Kami berangkat selepas maghrib dan tiba di basecamp pendakian Gunung Merbabu melalui Selo. Sekitar enam jam lamanya untuk mencapai pos 3 yang menjadi tujuan tempat berkemah kami. Medan menuju pos 3 tidak berat, namun stamina diuji karena jaraknya yang jauh. Tiba di pos 3 kami pun memasang tenda dan istirahat.
 |
Pos 3 Gunung Merbabu |
 |
Gunung Merapi dari pos 3 Gunung Merbabu |
Pagi hari, kami disapa hamparan rumput hijau yang begitu luas dan langit yang cerah, dari sini tampak Gunung Merapi yang menjulang dan banyak tenda warna-warni di sekitar. Kami sarapan dulu sebelum melanjutkan perjalanan lagi menuju puncak. Kali ini medan yang dilalui untuk sampai ke sabana 1 dan sabana 2 cukup terjal. Beberapa teman tak mampu melanjutkan, hingga akhirnya tinggal saya dan ketiga teman lainnya yang berjuang untuk sampai ke puncak. Ketika perjalanan tiba di sabana 2, awan mendung datang dan semakin pekat, kabut pun mulai menyelimuti perjalanan kami. "Wah, gawat ini kalau hujan," pikir saya. Sepanjang perjalanan, saya terus berdoa agar tidak turun hujan.
Namun sayang, setibanya di puncak, hanya beberapa detik setelah merasa lega karena sampai di puncak, hujan turun deras sekali dan langsung menghantam tubuh kami yang tanpa persiapan. Alhasil, gagal mengabadikan momen di puncak dengan pemandangan indah di belakangnya. Namun tak apa, tetap menjadi pengalaman perdana mendaki yang menyenangkan. Dan pemandangan indah sepanjang perjalanan sebelum mendung tadi sudah cukup membuat saya merasakan indahnya berada di ketinggian. Masih ada waktu lain untuk menikmati hari cerah di puncak Merbabu.
 |
Bersama kabut di Gunung Merbabu |
 |
Kabut dan awan mendung menuju puncak Merbabu. |
Lelah dengan perjalanan berat, wisata selanjutnya adalah mengunjungi dua candi ikonik di Jawa Tengah, yaitu Candi Prambanan dan Candi Borobudur. Prambanan yang berada di daerah Klaten dan Yogyakarta, menjadi tujuan awal. Jaraknya yang tak jauh dari Solo membuat perjalanan ini terasa menyenangkan. Peninggalan historis yang indah dan elegan, sebelumnya saya hanya melihat Candi Prambanan dari buku IPS semasa SD dan foto-foto di internet. Selalu jadi kesenangan tersendiri untuk mengunjungi tempat bersejarah. Kekaguman terhadap orang-orang di zaman dahulu yang mampu membuat bangunan seperti ini, menggunakan batu dan menciptakan relief yang tertata rapi.
 |
Peninggalan historis, Candi Prambanan |
Sementara itu Candi Borobudur, merupakan destinasi wajib selama di Jawa Tengah. Sebagai salah satu tempat yang pernah menjadi
World Seven Wonders (Tujuh Keajaiban Dunia), maka tidak lumrah rasanya berada di Jawa Tengah tapi tidak pernah ke sini. Sebuah candi yang tampak gagah dan megah. Tampak banyak wisatawan asing yang berkunjung ke sini. Saya menelusuri setiap sudut dari Candi Borobudur hingga sampai ke puncak candi. Terdapat banyak stupa dan patung yang menghiasi candi ini.
 |
Candi Borobudur yang megah. |
 |
Pemandangan di puncak Candi Borobudur |
Selesai menikmati pesona historis, saya mengunjungi Bukit Rhema atau yang dikenal orang banyak sebagai 'Gereja Ayam'. Letaknya tidak jauh dari Borobudur dan jalan masuknya pun tidak terlalu jauh dari jalan besar. Nama 'Gereja Ayam' semakin mencuat semenjak dijadikan 'pelarian' Rangga dan Cinta dalam film Ada Apa Dengan Cinta 2 yang dirilis belum lama ini. Saya sendiri ikut penasaran setelah menonton film itu. Buat yang mengunjungi tempat ini, dapat menelusuri setiap bagian dari gereja tersebut, mulai dari ke bagian kepala dan ke bawah tanah. Terdapat sepenggal sejarah dari pembangunan gereja ini yang ditempel di dinding.
 |
Pemandangan dari kepala 'Gereja Ayam'. |
 |
Bukit Rhema atau 'Gereja Ayam', Magelang. |
Selain wisata kuliner dan alam, di Jawa Tengah juga saya menikmati bagaimana kuatnya pergerakan musik di kota Solo, yang memiliki berbagai perhelatan musik tahunan, seperti Solo City Jazz, Solo Blues Festival, dan Rock In Solo. Sebagai penggemar musik rock, saya tidak pernah absen untuk datang ke Rock In Solo selama dua tahun tinggal di sana. Banyaknya artis internasional yang mewarnai nama musisi di Rock In Solo menjadikan festival ini dianggap sebagai perhelatan musik terbesar di Jawa Tengah dan berskala nasional.
 |
Rock In Solo 2014 |
 |
Rock In Solo 2015 |
Begitulah sepenggal cerita saya selama merantau. Dua tahun yang penuh kenangan dan pengalaman luar biasa. Saya meninggalkan Solo dan Jawa Tengah dengan rasa bangga dan kagum. Berharap ada kesempatan lain untuk berkunjung ke tempat lainnya yang belum saya kunjungi.
Pesonamu akan selalu terkenang
Pesonamu akan selalu dirindukan
Surakarta
Jawa Tengah
*Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog Visit Jawa Tengah 2016 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah @VisitJawaTengah (www.twitter.com/visitjawatengah)